Thursday, December 15, 2011
[Review] Battlefield 3
PROLOG
Akhirnya, DICE selaku pengambang dan Electronic Arts (EA) menerbitkan sebuah game 1st person action shooter pada Oktober ini, yakni Battlefield 3 (BF 3). Menurut Dice dan EA, BF 3 ini merupakan saingan berat dari Call of Duty Modern Warfare 3 (COD 8 MW 3) milik ACtivision, selain itu pada berbagai iklan-iklan sebelumnya mereka juga mengklaim jika BF 3 akan mampu mengalahkan MW 3 dalam segala hal.
Mereka berkata, telah memperkuat gfx BF 3 dengan Frosbite Engine 2 (FBE 2), penerus FBE 1 dari Battlefield Bad Company 2 (BF BC 2), dan juga telah meningkatkan gameplay BF 3 dibandingkan dengan BF 2. Cerita utama di BF 3 pun juga berisi sebuah kisah yang solid dan berdurasi lama permainan hingga 10 jam. Kenyataannya sekarang ini, benarkah semuanya demikian?? Penulis akan membahas sisi single player-nya (SP) saja, berikut ini.
STORYLINE
Tak seperti seri BF 2 yang lalu, di BF 3 ini memiliki struktur cerita kampanye yang saling berurutan, sama seperti di seri COD MW 1-2, setting kisah juga berada di masa depan, tepatnya pada 2014. Alkisah, Staf Sersan Henry Blackburn (Black) dari Pasukan Marinir Amrik sedang di interogasi oleh dua petugas CIA di Kota New York. Keduanya memaksa si Black untuk menceritakan berbagai pengalamannya dan para rekan-rekannya seputar penugasannya di lapangan, yakni selama bertugas di perbatasan Irak Utara dan di negara Iran. Yup, cerita flashback yang sangat mirip dengan cerita utama di COD 7 Black Ops, dan selama bercerita itu, juga muncul beberapa tokoh-tokoh lainnya yang terkait dengan penugasan si Blackburn di kedua wilayah konflik perang itu. Yaitu, Sergeant Jonathan Miller (Johny) anggota Batalyon Tank Marinir Amrik, Lieutenant Jennifer Hawkins (Colby) co-pilot F-18 AL Amrik, dan Dimitri Mayakovsky (Dima) anggota tim GRU Spetznas Rusia.
Keempat tokoh utama diatas memberikan berbagai alur cerita dari sudut pandang masing-masing, tapi oleh kedua petugas CIA itu semuanya dianggap membahayakan kedaulatan negara AMrik. Selama penugasan si Black ke wilayah konflik, semula ia dan rekan-rekannya sesama satu regu bertempur dengan sebuah milisi bersenjata, PLR yang sering membuat kekacauan di wilayah Irak Utara. Belakangan baru diketahui jika milisi PLR itu ternyata berafiliasi erat dengan salah seorang tokoh muda pemimpin politik sayap kanan Iran, Al Bashir yang kini lagi berkuasa penuh di negara Iran. Maka pihak Amrik, dalam hal ini pasukan marinirnya, menginvasi Iran dengan nama sandi, Operasi Guillotine, untuk menghancurkan kekuaan militer PLR dan menangkap pimpinannya, Al Bashir, hidup-hidup.
Kemudian, pasukan Amrik dengan bantuan serangan dari udara, serangan dari laut dan kombinasi pasukan infanteri, pasukan tank serta artileri, berhasil memasuki jantung utama Iran, yakni Teheran. Ketika usai membersihkan sebuah kantor utama dari salah satu bank lokal di Teheran dari kekuasaan pasukan Iran dengan susah payah, Black dan rekan-rekannya menemukan fakta yang mengejutkan bahwa ternyata disitu tersimpan satu box yang bisa berisi tiga hulu ledak nuklir portabel, buatan Rusia. Akan tetapi, hanya satu hulu ledak saja yang tertinggal dalam box tersebut, sedangkan dua hulu ledak lainnya tak diketahui lagi ada dimana, selain ada beberapa petunjuk intelijen yang tertinggal di kantor bank itu. Dan disaat yang sama pula, mereka menemukan fakta lain bahwa pemilik box nuklir portabel itu ternyata seorang tokoh teroris terkenal, bernama Solomon (Sulaiman).
Maka, si Black dan rekan-rekannya yang tersisa menyita satu hulu ledak saja, lalu segera meninggalkan kantor bank dengan menumpang sebuah helikopter Marinir Amrik, setelah mendapat bantuan dari salah satu anggota pasukan tank Marinir, si Johny. Sebab, pasukan Iran kembali melancarkan serangan balik secara membabi buta ke kantor bank itu. Disaat yang sama, si Colby yang bertugas sebagai co-pilot F-18 melakukan misi pembersihan area udara dan wilayah bandara udara di sekitar Kota Teheran, dari berbagai aktivitas militer pasukan Iran. Di pihak lain, pihak Rusia yang menyadari ada pencurian tiga hulu ledak nuklir miliknya, lalu secara diam-diam mengutus salah satu tim Spetznas-nya yang terbaik dari yang terbaik, diantaranya adalah si Dima beserta rekan-rekannya.
Mereka bertugas untuk menangkap Kaffarov, salah seorang pedagang gelap senjata internasional yang diketahui terlibat dalam kasus pencurian tersebut, untuk mencari tahu keberadaan ketiga nuklir portabel itu ada dimana. Maka, dimulailah kedua negara adikuasa yang saling berbeda kepentingan itu, sama-sama memburu keberadaan hulu ledak nuklir portabel dan para aktor intelektual yang terlibat dalam kasus senjata pemusnah massal itu, tentu dengan cara dan metode perburuan yang juga saling berbeda pula. Jika melihat secara keseluruhan, terkesan akan terlihat sebuah kisah drama perang yang sangat menegangkan dan intrik-intrik konspirasi politik yang rumit. Tapi, seandainya melihat secara runut, satu demi satu alur cerita yang ada di fps shooter ini, maka akan kelihatan jelas jika DICe hanya meramu dan mengkombinasikan segala hal konsprasi politik dan militer yang sudah pernah diulas habis-habisan sebelumnya oleh seri MW 1-2 dan COD Black Ops.
...................................
selengkapnya baca di sini: gamexeon.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment